Mengajarkan Esensi Nasionalisme pada Lomba Kemerdekaan Indonesia

Oleh Agung Nursidik, M.Pd (Pengurus JSIT kota Bekasi)
JSIT Kota Bekasi-Tidak terasa sebentar lagi kita akan merayakan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-77. Momentum besar yang selalu dirayakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Sukacita, bahagia, gegap gempita bahkan tawa selalu mewarnai pada momentum tersebut.

Kita flashback ke masa perjuangan bangsa Indonesia 77 tahun silam, rakyat Indonesia berjibaku berjuang melawan penjajahan dengan berbagai slogan, "Merdeka atau Mati", "Rawe-rawe rantas malang-malang putung", "Lebih baik kita hancur lebur dari pada tidak merdeka" (bung Tomo), "Aku ini bukan apa-apa tanpa rakyat, aku besar karena rakyat berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat" (Bung Karno), "Kita masih terus berjuang jadi tuan rumah di negeri sendiri..." (Bung Hatta)

Ucapan-ucapan di atas keluar bukan tanpa makna, namun penuh makna sebagaimana yang mereka alami langsung saat itu. Seolah-olah ada pesan yang dalam bagi generasi selanjutnya. Pekikan "Merdeka..merdeka" dan ucapan Takbir (Allahu Akbar) kala itu bukan hanya mengagungkan asma Allah, namun mengandung harapan agar setiap pengorbanan dan perjuangan selalu mendapat pertolongan Allah Subhanahu Wata'ala, sehingga anak cucu mereka kelak akan menikmati kemerdekaan.

Saat ini "telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu kemerdekaan negara Indonesia, yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur" (pembukaan UUD 1945). Saat ini adalah waktu yang tepat mengenalkan anak-anak kita akan esensi kemerdekaan yang sesungguhnya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya.

Saya teringat sejak kecil selalu diajarkan oleh guru dan orang tua untuk mengingat sejarah perjuangan dan kemerdekaan Indoensia. Salah satu pengenalan kemerdekaan tersebut adalah dengan diadakannya lomba-lomba merayakan kemerdekaan. Namun sejak kecil hingga sekarang masih timbul pertanyaan, apa maksunya lomba makan kerupuk, apa maksudnya lomba balap karung, apa maksdunya lomba balap kelereng dan yang lainnya. Saya selalu bertanya apa kolerasinya lomba tersebut dengan perjuangan para pahlawan.

Hingga saat saya menulis artikel ini merasakan masih ada yang kurang dalam menanamkan semangat kepahlawanan sejak dulu. Anak-anak kita cenderung diajarkan sesuatu yang bersifat senang-senang dan gembira, namun tidak diajak bagaimana mengenang perjuangan para pahlawan, pengorbanan pahlawan, nama-nama pahlawan dan karakteristik pahlawan sehinnga anak-anak kita saat ini sudah kehilangan sosok pahlawan yang sesungguhnya.

Saat ini kita sebagai generasi penerus punya tanggung jawab yang besar mengenalkan dan memperkuat sosok pahlawan di hati anak-anak. Dengan menanamkan sosok pahlawan di hati anak-anak maka anak-anak kita akan memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme yang tinggi untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan.

Sebagai alternative mengenalkan sosok pahlawan di hati anak-anak, mari sama-sama kita lebih kreatif dalam kegiatan lomba kemerdekaan Indonesia, salah satu contohnya adalah lomba mewarnai gambar pahlawan, lomba tebak gambar pahlawan, lomba membaca teks pancasila, lomba membaca teks proklamasi, lomba menyanyikan lagu nasional seperti Indonesia Raya, padamu negeri (paduan suara) dan lain-lain (disesuaikan dengan jenjang usia dan sekolah anak-anak).

Merdeka...merdeka...merdeka.!