Tahukah Anda, Dari Mana Asal-usul Sabun?

Tahukah anda bahwa sabun telah dikenal di dunia Islam sejak abad 9 M. Adalah ar-Razi atau yang di barat dikenal dengan Razes yang menemukan resep modern membuat sabun. Ar-Razi menggunakan campuran beragam minyak tumbuhan (diantaranya minyak zaitun) dan mencampurnya dengan sodium hidroksida serta bahan-bahan aromatik seperti minyak thyme.


Sungguh mengherankan saat para raja dan bangsawan di Eropa abad pertengahan masih mencuci pakaian dan mandi menggunakan seni (air kencing) manusia, peradaban Islam di timur telah menikmati wewangian sabun dalam bentuk batangan yang juga ditemukan oleh ar-Razi.

Eropa abad pertengahan masih mengikuti cara bangsa Romawi yang menggunakan air seni untuk mencuci pakaian mereka. Konon, binatu-binatu di Roma mendapatkan air seni dalam jumlah cukup. Keadaan ini berlangsung selama Abad Kegelapan Eropa (abad I-X Masehi).


Ironisnya, sumbangsih peradaban Islam dalam penemuan sabun tidak disebutkan dalam buku-buku sejarah penemuan dunia yang kebanyakan merujuk pada sumber-sumber sejarah barat. Kurun waktu antara pertengahan abad 1 hingga 15 diloncati begitu saja seolah-olah lima belas abad tidak ada artinya sama sekali.


Pada masa Romawi, orang Gaul di Perancis memang telah mengenal jenis salep dari campuran lemak kambing dan air untuk meminyaki rambut supaya berkilat (jangan tanya seberapa amis baunya), namun sabun batangan yang wangi dan berwarna-warni dari minyak tumbuhan memang benar-benar asli temuan umat Muslim pada abad ke-9. Di Eropa sendiri, sabun baru mulai digunakan oleh orang-orang kaya pada abad ke-15.


Begitu hebatnya para umat Islam terdahulu. Mereka benar-benar menerapkan salah satu hadits Rasulullah berbunyi, “Kebersihan itu sebagian dari iman”. Selain ar-Razi, para ahli kimia muslim abad pertengahan juga telah menemukan sabun wangi yang berwana, serta sabun cair maupun sabun batangan.


Resep-resep lain untuk membuat sabun juga telah ditemukan seperti sabun yang dibuat dari minyak wijen (tumbuhan herbal dari Dunia Lama, sesamum indicum), potash, alkali, asam lemon, dan jeli-jelian sehingga menghasilkan campuran yang menyerupai sabun padat. Baru-baru ini juga telah ditemukan sebuah manuskrip dari abad ke-13 yang berisi tata cara pembutan sabun secara mendetail :


“Sediakan sejumlah minyak wijen, sedikit potash, alkali dan beberapa jeruk lemon. Kemudian campur dan rebus bahan-bahan tersebut. Setelah masak, tuangkan campuran panas tersebut ke dalam cetakan lalu biarkan sampai menjadi dingin. Maka jadilah sabun batangan”.

Bahan yang pertama kali digunakan oleh bangsa Arab muslim untuk membuat sabun adalah Sodium Lye (as-Soda al-Kawia) pada bahan ini hingga kini masih banyak digunakan pada sabun-sabun di pasaran. Sejak abad ke-7, sabun bahkan telah diproduksi di Nablus (Palestina), Kufah (Irak), dan Basrah (Irak). Sabun yang kita gunakan sekarang adalah hasil pengembangan dari sabun penemuan bangsa Arab dahulu. [dikutip dari buku “Sumbangan-Sumbangan karya Sains Super Dahsyat Islam Abad Pertengahan” : Karya Diyan Yulianto & MS. Rohman]