Peran JSIT Indonesia Dalam Pembentukan Profil Pelajar Pancasila

Oleh : Agung Nursidik, M.Pd
Sepanjang Jaya-Rawalumbu-Proses perubahan kurikulum 2013 menjadi kurikulum merdeka belajar saat ini sedang digulirkan, secara serentak kemendikbud melalui dinas pendidikan propinsi, dinas pendidikan kota/kabupaten terus melakukan sosialisasi kepada seluruh Satuan Pendidikan di Indonesia. Pemerintah melalui beberapa evaluasi implementasi kurikulum 2013 yang dilaksanakan setidaknya memiliki beberapa pandangan diantaranya adalah :
  1. Komponen perangkat pembelajaran terlalu banyak dan menyulitkan guru dalam membuat perencanaan.
  2. Rumusan kompetensi yang detil dan terpisah-pisah sulit dipahami sehingga guru kesulitan menerjemahkan dalam pembelajaran yang sesuai filosofi Kurikulum 2013.
  3. Strategi sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring implementasi Kurikulum 2013 belum terlaksana secara tepat dan optimal, belum variatif, belum sesuai dengan kebutuhan, dan belum efektif. Contoh kendala: sosialisasi tidak sampai langsung kepada tingkat gugus, pemilihan instruktur ditetapkan sentralistik sehingga tidak sesuai kebutuhan, dan pelatihan masih dilakukan secara konvensional dengan ceramah yang cenderung teoretik
  4. Masih banyak pengawas, kepala sekolah, dan guru yang memiliki pemahaman kurang tentang kerangka dasar, diversifikasi, dan konsep implementasi Kurikulum 2013.
  5. Sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring implementasi Kurikulum 2013 belum berdampak optimal terhadap pemahaman pengawas, kepala sekolah, dan guru, kemampuan dan kinerja guru, serta peningkatan kualitas pendidikan di sekolah
  6. Kurikulum 2013 masih kurang efektif menciptakan peserta didik memiliki kemauan literasi, numerasi dan penalaran pada soal HOTS. Hal tersebut terjadi karena porsi dan ruang waktu terbatas. Siswa dan guru seolah-olah dikejar-kejar oleh targetan kurikulum, akibatnya semuanya serba tidak fokus.
Melihat hal di atas kurikulum merdeka dirancang untuk memudahkan guru dan siswa dalam mengoptimalkan kegiatan pembelajaran yang mendalam dan fokus dengan menitik beratkan pada pengembangan karakter, pembelajaran berbasis project, fokus pada materi esensi, fleksibilitas perancangan kurikulum sekolah.

Hal yang tidak kalah penting pada kurikulum merdeka adalah pembentukan Profil Pelajar Pancasila (P3). Profil Pelajar Pancasila sebagai acuan dalam menentukan Visi-Misi dan tujuan satuan pendidikan.  Profil Pelajar Pancasila memiliki kompetensi yang dirumuskan sebagai dimensi kunci.

Keenamnya saling berkaitan dan menguatkan sehingga upaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang utuh membutuhkan berkembangnya enam dimensi tersebut secara bersamaan. Keenam dimensi tersebut adalah :
  1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia
  2. Berkebinekaan global
  3. Bergotong royong
  4. Mandiri
  5. Bernalar kritis
  6. Kreatif

Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia sebagai lembaga pendidikan memiliki peran besar dalam menyukseskan pembentukan Profil Pelajar Pancasila. JSIT Indonesia turut serta membantu program pemerintah melalui Merdeka Belajar Dalam Bingkai Kekhasan SIT. Dalam hal ini JSIT Indonesia memadukan konsep Profil Pelajar  Pancasila melalui capaian obyektifitas Profil Pancasila. JSIT Indonesia mengintegrasikan Profil Pelajar Pancasila   dalam standar lulusan Sekolah Islam Terpadu (SIT) dan strategi pencapaian dengan strategi yang tepat yaitu Pancasilais-Islami.
JSIT Indonesia Menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila pada enam dimensi tersebut dengan strategi sebagai berikut :

  1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia : Capaian ini diintegrasikan dalam kegiatan Pembelajaran PAI, Bina Pribadi Islami dan Model Pembelajaran Terpadu pada Satuan Islam Terpadu. Konsep Pembelajaran Terpadu berdasarkan QS. Ali Imron ayat 190-191 mengandung makna ilmiah, kreatif, religious dan berkarakter. Strategi Pembelajaran Terpadu melalui Telaah, Ekplorasi, Rumuskan, Presentasikan yang mana ini adalah sikap ilmiah. Selanjutnya adalah Aplikasikan, Dunia, Ukhowi yang mana hal ini adalah karakter sikap  dari sikap spiritual.
  2. Berbinekaan Global. Capaian ini diintegrasikan pada penguatan nilai kewarganegaraan, sejarah (umum/islam) dan bahasa
  3. Bergotong royong : Capaian ini diintegrasikan Colaboratif Learning dan Kepekaan sosial
  4. Mandiri : Capaian ini diintegrasikan pada Konsep diri, Life skill, Leadersip, Wirausaha, exskul
  5. Bernalar Kritis : Capaian ini diintegrasikan pada HOTS Literasi Numerasi SAINS
  6. Kreatif : Capaian ini diintegrasikan pada Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Pembelajaran berbasis tugas sesuai dengan kondisi kenyataan/lingkungan (PjBL) dan pembelajaran dengan mencari sumber informasi atau mencari pengetahuan (Inquiri STEM)

JSIT Indonesia menitik beratkan pembentukan Profil Pelajar Pancasila secara fleksibiltas Satuan Pendidikan pada ke-IT an dan keunikan sekolah masing-masing. Karena pada dasarnya masing-masing Sekolah Islam Terpadu memiliki ciri khas yang berbeda-beda sesuai dengan standar kekhasan JSIT Indonesia. [Jrw]